Sabtu, 27 Maret 2010

PENYEMBUHAN KANKER DENGAN SHOLAT TAHAJJUD

PENYEMBUHAN KANKER DENGAN  SHOLAT TAHAJUD ?

Sholat Tahajjud ternyata tak hanya membuat seseorang yang melakukannya
mendapatkan tempat (maqam) terpuji di sisi Allah (Qs Al-Isra:79) tapi
juga sangat penting bagi dunia kedokteran. Menurut hasil penelitian Dr.
Mohammad Sholeh, dosen IAIN Surabaya, salah satu shalat sunnah itu bisa
membebaskan seseorang dari serangan infeksi dan penyakit kanker.

Tidak percaya? "Cobalah Anda rajin-rajin sholat tahajjud. Jika anda
melakukannya secara rutin, benar,khusuk, dan ikhlas, niscaya anda
terbebas dari infeksi dan kanker", ucap Sholeh. Ayah dua anak itu
bukan "tukang obat" jalanan. Dia melontarkan pernyataanya itu dalam
desertasinya yang berjudul "Pengaruh Sholat tahajjud terhadap
peningkatan Perubahan Respons ketahanan Tubuh Imonologik: Suatu
Pendekatan siko-neuroimunologi". Dengan desertasi itu, Sholeh berhasil
meraih gelar doktor dalam bidang ilmu kedokteran pada Program Pasca
Sarjana Universitas Surabaya, yang dipertahankannya Selasa pekan lalu.
Selama ini, menurut Sholeh, tahajjud dinilai hanya merupakanibadah
salat tambahan atau sholat sunah. Padahal jika dilakukan secara
kontinu, tepat gerakannya, khusuk dan ikhlas, secara medis sholat itu
menumbuhkan respons ketahannan tubuh (imonologi) khususnya pada
imonoglobin M, G, A dan limfosit-nya yang berupa persepsi dan motivasi
positif, serta dapat mengefektifkan kemampuan individu untuk
menanggulangi masalah yang dihadapi. (coping). Sholat tahajjud yang
dimaksudkan Sholeh bukan sekedar menggugurkan status sholat yang
muakkadah (Sunah mendekati wajib). Ia menitikberatkan pada sisi
rutinitas sholat, ketepatan gerakan, kekhusukan, dan keikhlasan. Selama
ini, kata dia, ulama melihat masalah ikhlas ini sebagai persoalan
mental psikis. Namun sebetulnya soal ini dapat dibuktikan dengan
tekhnologi kedokteran. Ikhlas yang selama ini dipandang sebagai
misteri, dapat dibuktikan secara kuantitatif melalui sekresi hormon
kortisol. Parameternya, lanjut Sholeh, bisa diukur dengan kondisi
tubuh.

Pada kondisi normal, jumlah hormon kortisol pada pagi hari normalnya
antara 38-690 nmol/liter. Sedang pada malam hari-atau setelah pukul
24:00- normalnya antara 69-345 nmol/liter. "Kalau jumlah hormon
kortisolnya normal, bisa diindikasikan orang itu tidak ikhlas karena
tertekan. Begitu sebaliknya. Ujarnya seraya menegaskan temuannya ini
yang membantah paradigma lama yang menganggap ajaran agama (Islam)
semata-mata dogma atau doktrin.

DR. Sholeh mendasarkan temuannya itu melalui satu penelitian terhadap
41responden sisa SMU Luqman Hakim Pondok Pesantren Hidayatullah,
Surabaya. Dari 41 siswa itu, hanya 23 yang sanggup bertahan menjalankan
sholat tahajjud selama sebulan penuh. Setelah diuji lagi, tinggal 19
siswa yang bertahan sholat tahjjud selama dua bulan. Sholat dimulai
pukul 02-00-3:30 sebanyak 11* rakaat, masing masing dua rakaat empat
kali salam plus tiga rakaat. Selanjutnya, hormon kortisol mereka
diukur di tiga laboratorium di Surabaya (paramita, Prodia dan Klinika)
Hasilnya, ditemukan bahwa kondisi tubuh seseorang ang rajin
bertahajjud secara ikhlas berbeda jauh dengan orang yang tidak
melakukan tahajjud.

Mereka yang rajin dan ikhlas bertahajuud memiliki ketahanan tubuh dan
kemampuan individual untuk menaggulangi masalah-masalah yang dihadapi
dengan stabil. "jadi sholat tahajjud selain bernilai ibadah, juga
sekaligus sarat dengan muatan psikologis yang dapat mempengaruhi
kontrol kognisi. Dengan cara memperbaiki persepsi dan motivasi positif
dan coping yang efectif, emosi yang positif dapat menghindarkan
seseorang dari stress," Nah, menurut DR. Sholeh, orang stress itu
biasanya rentan sekali terhadap penyakit kanker dan infeksi. Dengan
sholat tahjjud yang dilakukan secara rutin dan disertai perasaan ikhlas
serta tidak terpaksa, seseorang akan memiliki respons imun yang baik,
yang kemungkinan besar akan terhindar dari penyakit infeksi dan
kanker. Dan, berdasarkan hitungan tekhnik medis menunjukan, sholat
tahajjud yang dilakukan seperti itu membuat orang mempunyai ketahanan
tubuh yang baik. "Maka dirikanlah Shalat karena Tuhanmu dan
Berkurbanlah", (Q.S Al-Kautsar:2) Sebuah bukti bahwa keterbatasan otak
manusia tidak mampu mengetahui semua rahasia atas rahmat, nikmat,
anugrah yang diberikan oleh ALLAH kepadanya. Haruskah kita menunggu
untuk bisa masuk diakal kita ??????? Seorang Doktor di Amerika telah
memeluk Islam karena beberapa keajaiban yang di temuinya di dalam
penyelidikannya. Ia amat kagum dengan penemuan tersebut sehingga tidak
dapat diterima oleh akal fikiran.

Dia adalah seorang Doktor Neurologi. Setelah memeluk Islam dia amat
yakin pengobatan secara Islam dan oleh sebab itu itu telah membuka
sebuah klinik yang bernama "Pengobatan Melalui Al Quran" Kajian
pengobatan melalui Al-Quran menggunakan obat-obatan yang digunakan
seperti yang terdapat didalam Al-Quran. Di antara berpuasa, madu, biji
hitam (Jadam) dan sebagainya. Ketika ditanya bagaimana dia tertarik
untuk memeluk Islam maka Doktor tersebut memberitahu bahwa sewaktu
kajian saraf yang dilakukan, terdapat beberapa urat saraf di dalam
otak manusia ini tidak dimasuki oleh darah.

Padahal setiap inci otak manusia memerlukan darah yang cukup untuk
berfungsi secara yang lebih normal. Setelah membuat kajian yang
memakan waktu akkhirnya dia menemukan bahwa darah tidak akan memasuki
urat saraf di dalam otak tersebut melainkan ketika seseorang tersebut
bersembahyang yaitu ketika sujud. Urat tersebut memerlukan darah untuk
beberapa saat tertentu saja. Ini artinya darah akan memasuki bagian
urat tersebut mengikut kadar sembahyang waktu yang di wajibkan oleh
Islam. Begitulah keagungan ciptaan Allah. Jadi barang siapa yang tidak
menunaikan sembahyang maka otak tidak dapat menerima darah yang
secukupnya untuk berfungsi secara normal.

Oleh karena itu kejadian manusia ini sebenarnya adalah untuk menganut
agama Islam "sepenuhnya" karena sifat fitrah kejadiannya memang telah
dikaitkan oleh Allah dengan agamanya yang indah ini. Kesimpulannya :
Makhluk Allah yang bergelar manusia yang tidak bersembahyang apalagi
lagi bukan yang beragama Islam walaupun akal mereka berfungsi secara
normal tetapi sebenarnya di dalam sesuatu keadaan mereka akan hilang
pertimbangan di dalam membuat keputusan secara normal. Justru itu tidak
heranlah manusia ini kadang-kadang tidak segan-segan untuk melakukan
hal hal yang bertentangan dengan fitrah kejadiannya walaupun akal
mereka mengetahui perkara yang akan dilakukan tersebut adalah tidak
sesuai dengan kehendak mereka karena otak tidak bisa untuk
mempertimbangkan secara lebih normal. Maka tidak heranlah timbul
bermacam macam gejala-gejala sosial Masyarakat saat ini.

"Anda ingin beramal shaleh...?
Tolong kirimkan kepada rekan-rekan muslim lainnya yang anda kenal."
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar ;
merekalah orang-orang yang beruntung. (QS. Ali Imran 104:105)



-------------------------------------------
E-mail ini dikirim menggunakan ITS Webmail .
http://mail.its.ac.id/


0 komentar:

Posting Komentar